MAKALAH
DRAMA SEBAGAI
PEMBENTUK KARAKTER SISWA
DISUSUN
OLEH :
NAMA : FITRI
LESTARI
NPM /KELAS : 2012015/ VII B
MATA KULIAH : SEMINAR BAHASA INDONESIA
PRODI : BAHASA INDONESIA
DOSEN PEMBIMBING Dra. NUR NISAI MUSLIHAH, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PGRI LUBUKLINGGAU
TAHUN ANGKATAN 2015 / 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis ucapkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang judul Drama Sebagai Pembentuk Karakter Siswa,
untuk memenuhi tugas Seminar Bahasa Indonesia. Makalah ini dapat digunakan
sebagai wadah untuk menambah pengetahuan, teman belajar, dan sebagai referensi
tambahan dalam belajar. Makalah ini dibuat sedemikian rupa agar pembaca dengan
mudah mempelajari dan memahami makna dan masalah dalam pembelajaran drama lebih
lanjut.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan
makalah ini, namun tidak mustahil apabila dalam makalah ini masih banyak
terdappat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang dapat dijadikan dijadikan masukan dalam menyempurnakan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang berhubungan dengan drama
sebagai pembentuk karakter siwa.
Lubuklinggau , November
2015
Penyusun,
Fitri Lestari
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. .1
A. Latar
Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan
...............................................................................................................3
D. Manfaat
.................................................................................................... ........3
BAB 11 PEMBAHASAN..................................................................................4
A. Pengertian
drama.................................................................................................4
B. Jenis-jenis
drama.................................................................................................5
C. Drama
sebagai pembentuk karakter siswa........................................................... 6
BAB 111 KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 9
A. Kesimpulan
........................................................................................................9
B. Saran
................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Karya
sastra merupakan refleksi cipta rasa dan karsa manusia tentang kehidupan.
Refleksi cipta artinya karya sastra merupakan hasil ciptaan yang berisi
keindahan. Tanpa penciptaan, karya sastra tidak mungkin ada. Karya sastra
merupakan refleksi rasa dan karsa berarti bahwa karya sastra diciptakan untuk
menyatakan perasaan yang didalamnya terkandung maksud atau tujuan tertentu. Hal
ini membuat karya sastra memiliki kelebihan dibandingkan dengan cabang seni
lain, baik dalam bentuk maupun sarana atau media yang digunakan, yaitu
kata-kata atau bahasa ( Suruso,2005:14)
Ø Jenis-Jenis
karya Sastra
1. Fiksi
(fiction)
2. Puisi
( poetry)
3. Drama
Drama adalah sebuah karya sastra yang
dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan
secara dialog ataupun monolog.
Menurut
tarigan ( 1984:7) drama adalah suatu karangan dalam prosa atau puisi yang
disajikan dalam dialog atau panonim, suatu cerita yang mengandung konflik atau
kontras seorang tokoh, terutama sebagai suatu cerita yang diperuntukan buat dipentaskan
dipanggung dramatik.
Menurut
Endraswara (2011: 13) drama adalah karya sastra yang memiliki daya rangsang
cipta, rasa, karsa yang amat tinggi.
Sastra drama merupakan
bagian dari perwujudan dan seni sastra yang melibatkan keseluruhan totalitas
dalam kemampuan berekspresi perlu dilatih pada siswa. Kompleksitas bidang drama
yang mencakup berbagai seni membuat pembelajaran drama yang sering diabaikan.
Menurut tarigan ( 1977: 7-28) manfaat
drama yang khususnya dimainkan oleh anak-anak agar dapat memupuk dapat
melahirkan daya kreasinya, mengembangkan emosi yang sehat, menghilangkan sikap
pemalu dan gugup, mengembangkan apresiasi dan sikap yang baik serta menghargai pendapat
dan pikiran orang lain, menanamkan kepercayaan dan kenakalan anak-anak.
Karakter atau watak seseorang, selain
bawaan sejak lahir ( genetik), juga terbentuk oleh pendidikan sejak dalam
pendidikan dalam keluarga sampai disekolah, serta pengaruh nilai yang beredar
dalam masyarakat dan lingkungan yang menumbuhkannya. Setiap orang memiliki
bawaan genetik yang berbeda maka tumbuh pula karakter-karakter tertentu yang
melekat pada sosok pribadi yang unik dan karakter setiap individu itu pasti
berbeda.
Siswa adalah generasi penerus yang akan
menjadi pemilik masa depan bangsa. Akan seperti apa wajah Indonesia dimasa
depan tergantung bagaimana kita membentuk karakter siswa sejak sekarang. Jika
kita gagal membentuk karakter yang positif dan unggul pada diri siswa bisa-bisa
masa depan bangsa ini akan semakin terpuruk, kehilangan harapan atau akan
hilang kepribadiannya. Dengan adannya pembelajaran drama diharapkan nantinya
akan membentuk karakter yang lebih baik lagi.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian drama ?
2. Apa
sajakah jenis-jenis drama ?
3. Mengapa
drama sebagai pembentuk karakter siswa ?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa itu drama
2. Untuk
mengetahui jenis-jenis drama
3. Untuk
mengetahui mengapa drama dapat membentuk karakter siswa
D. Manfaat
1. Agar
siswa dapat memahami apa itu drama
2. Agar
siswa dapat memahami apa saja jenis-jenis drama
3. Agar
siswa mengerti bahwa dengan dengan belajar drama nantiknya dapat membentuk
karakter pada diri siswa
BAB 11
PEMBAHASAN
1. Pengertian
drama
Drama adalah satu bentuk karya sastra
yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari
bahasa yunani yang berarti aksi. (sadikin, 2010: 43).
Aristoteles
(Brahim,1968:52) drama adalah respresentation of an action. Action adalah
tindakan yang kelak menjadi akting, dalam drama pasti ada akting. Dalam drama
itu terjadi a play, artinya permaianan
atau lakon jadi ciri drama harus ada akting dan lakon. Drama adalah karya yang
memiliki daya rangsang cipta, rasa dan karasa yang amat tinggi. (Endraswara,
2011: 12-13)
Kata drama berasal dari yunani, tegasnya
dari kata kerja dran yang berarti berbuat, to
act atau to do. (Morrris [et al]1964:476). Dari segi etimologi drama
mengutamakan perbuatan, gerak, yang merupakan inti hakikat setiap karangan yang
bersifat drama. Selanjutnya dalam dictionary of world literature, kata drama
dapat ditapsirkan dalam berbagai pengertian. Dalam arti luas, drama mencakup
setiap jenis pertunjukan tiruan perbuatan, mulai dari produksi Hamlet,
komedi,pantomim, ataupun upacara keagamaan orang primitif. Lebih khusus lagi,
drama mengarah pada suatu lakon yang ditulis agar dapat di interprestasikan
oleh para aktor; lebih menjurus lagi, drama menunjuk pada lakon realis yang
sama sekali tidak bermaksud sebagai keagungan yang tragis, tetapi tidak dapat
dimasukkan kedalam katagori komedi.( tarigan, 2011: 69-72)
Jadi dapat disimpulkan drama adalah
sebuah karya sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan
panjang, serta disajikan secara dialog ataupun monolog.
2. Jenis-Jenis
Drama
Ragam-Ragam
Drama
1) Tragedi
Menurut Aristoteles, drama - drama
tragedi justru bermanfaat bagi penontonnya. Drama tragedy dapat membersihkan
jiwa para penontonnya dan aristotels menyebunya sebagai catharsis. Contohnya kisah percintaan romeo dan Juliet
2) Komedi
Drama komedi adalah lakon ringan yang
sifatnya menghibur, walaupun seluruhan didalamnya dapat bersifat menyindir,
biasannya berakhir dengan bahagia (sudjiman,1990: 23). Contohnya overa van java
3) Tragikomedi
Tragedikomedi adalah gabungan antara tragedi
dan komedi. Menurut sejarahnya ( barnet,2001: 39 - 40; dan barranger,
1994:180-181) tragikomedi sudah mulai popular dipentaskan oleh dramawan Plautus
dengan lakon berjudul Amphitryon pada masa kekaisaran Roma 186 S.M.
4) Melodrama
Pertunjukan melodrama didominasi oleh
orchestra dan ditampilkan digedung pertunjukan yang megah. Kesedihan yang
mendalam dinyayikan dengan suara nyaring indah, berhadapan dengan alunan koor
yang lengkap, dan dilatar belakangi dengan setting lukisan yang spektakuler.
5) Farce
Farce adalah drama yang bersifat komik dan penuh ejekan terhadap kondisi
manusia. Farce merupakan bentuk lakon komedi tertua ( abad pertama sebelum
masehi) dalam drama romawi Klasik yang diadaptasi dari Atella dekat kota
Napels, italia( yudiaryani, 2002 :85)
Menurut
genrenya drama dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu:
a. Tragedi
Ciri-cirinya: menggarap subjek yang
serius, pelaku utama orang penting yang herois, segala insiden harus wajar,
emosi utama: rasa kasihan, sedih atau takut.
b. Komedi
Ciri-cirinya:
subjek: ringan cerah, kejadian mungkin seakan-akan terjadi, kejadian muncul
dari tokoh, kelucuan yang serius( tidak dibuat-buat )
c. Melodrama
Ciri-cirinya: subjek serius kurang
otentik, ada perubahan terjadi, rasa kasihan bersifat sentimentalitas, tokoh
utama biasannya menang dalam perjuangan.
d. Farce
Ciri-cirinya : kemungkinan kejadian dan
tokoh-tokonya mungkin terjadi dan tidak begitu besar, kelucuan seenaknya saja(
tidak teratur), bersifat episodik, kejadian muncul dari situasi.( tarigan, 2011:
84-89)
3. Drama
sebagai pembentuk karakter siswa
Pengajaran drama
diyakini dapat membantu proses pembelajaran karakter siswa, karena dalam karya
sastra terkandung nilai-nilai positif dan nilai budaya, sosial, moral, kemanusiaan
, hingga keagamaan. Pendidik juga bisa menggunakan drama sebagai media untuk
melukiskan kejadian-kejadian yang berisikan nilai-nilai karakter sehingga
secara audio visual serta aplikasi langsung (penentasan drama) menjadikan
peserta didik lebih mudah untuk memahami dan menyerap nilai- nilai karakter tersebut.
Selain itu tugas yang dikerjakan di rumah dapat mengambil contoh tentang apa
yang dilihat peserta didik di televisi kemudian pendidik akan menjelaskan
sekaligus meluruskan nilai-nilai apa saja yang ada didalam film di televisi
tersebut. Hal ini akan lebih menggoreskan dalam-dalam nilai-nilai pendidikan
karakter yang didapat dalam benak peserta didik.
Abram
mengelompokkan karya sastra kedalam empat orientasi :
a) Karya
sastra sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan tertentu pada penikmatnya
b) Karya
sastra sebagai tiruan alam atau penggambaran alam
c) Karya
sastra sebagai gambaran pancaran perasaan, pikiran, ataupun pengalaman
sastrawannya
d) Sebagai
suatu yang otonom, mandiri dan lepas dari alam sekeliling.
Pengertian
karakter menurut para ahli :
Menurut suyanto (2009) mendefinisikan
karakter sebagai cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan kerja sama baik dalam lingkuangan keluarga,
masyarakat, Bangsa maupun Negara.
Menurut Pritchard ( 1988:467)
mendefinisikan karakter sebagai suatu yang berkaitan dengan kebiasaan hidup
individu yang berdifat menetap dan cenderung positif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa karakter adalah suatu ciri khas yang terdapat
pada diri seseorang yang bersifat positif.
Dengan
mewariskan fungsi-fungsi sastra kepada siswa melalui pengajaran sastra, maka
pengajaran sastra itu akan ikut berperan dalam membentuk karakter karakter yang
positif pada diri siswa. Namun,
pembentukan karakter siswa tidak akan maksimal atau bahkan gagal jika
pengajaran sastra tidak dapat menumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran.
Karakter siswa secara tidak langsung dapat terbentuk dari sebuah proses
pembelajaran drama, drama mengungkapkan semua sisi kehidupan manusia baik yang
bersifat positif maupun negatif, dan inti dari bermain drama adalah bisa
membentuk tuturan karakter sesuai dengan peran yang dibawakan, pemain drama
juga harus bisa menyampaikan pesan sesuai dengan pengungkapan dialog dengan tuturan
teks cerita.
Melalui pengajaran sastra, siswa tidak
hanya dikenalkan dengan kekayaan sastra Indonesia, tokoh-tokoh dalam
kesusastraan, bahkan diperkenalkan pada kekayaan isi karya sastra itu sendiri.
Dengan adannya karya sastra seperti drama berarti siswa mencoba memahami
kehidupan, mencoba memperoleh nilai-nilai positif dan luhur dari kehidupan,
pada hakikatnya drama dapat memperkaya batinnya. ( Alwasilah,2001:13) apresiasi
satra akan berjalan dengan baik jika didasari oleh minat yang tinggi pada suatu
karya.
Sembilan manfaat yang dapat diambil dari karya sastra seperti drama yaitu sebagai berikut:
- Dapat
berperan sebagai hiburan dan media pendidikan
- Isinya
dapat menumbuhkan kecintaan, kebanggaan berbangsa dan hormat pada leluhur
- Isinya
dapat memperluas wawasan tentang kepercayaan, adat istiadat dan peradapan
bangsa
- Pergelarannya
dapat menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan
- Proses
penciptaannya menumbuhkan jiwa kreatif, responsif, dan dinamis Sumber
inspirasi bagi penciptaan bentuk seni yang lain
- Proses
penciptaannya merupakan contoh tentang cara kerja yang tekun, professional, dan
rendah hati
- Pegelarannya
memberikan teladan kerja sama yang kompak dan humoris Pengaruh asing yang ada didalamnya
member gambaran tetang tata pergaulan dan pandangan hidup yang luas.
BAB
111
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengaruh sastra dalam pembentukan
karakter siswa tidak hanya didasarkan pada nilai yang terkandung didalamnya.
Pembelajaran sastra yang bersifat apresiatifpun syarat dengan pendidikan
karakter. Kegiatan membaca, mendengarkan, dan menonton pada karya sastra pada
hakikatnya menanamkan karakter tekun, berfikir kritis, dan berwawasan luas.
Pada saat yang bersamamaan dikembangkan kepekaan perasaan sehingga siswa akan
cendrung cinta kepada kebaikan dan membuat kebenaran.
Pada kegiatan drama dikembangkan
karakter tekun, cermat dan kejujuran. Sementara itu pada kegiatan dokumentatif
dikembangkan karakter ketelitian, dan berfikir kedepan. Peran pendidikan sangat
penting untuk menumbuhkan sikap apresiatif terhadap karya sastra terutama drama
sejak dini. Pengajaran sastra harus berjalan dengan baik agar kemampuan dan
sikap apresiatif siswa terhadap karya sastra serta dapat tumbuh secara baik.
B. Saran
Memulai pengajaran sastra, diharapkan
dapat berperan dalam membentuk karakter yang positif pada diri siswa, namun pembentukan karakter
siswa itu tidak akan maksimal atau bahkan gagal. Jadi, kembangkan karakter
siswa sejak usia dini dengan cara menggunakan hal- hal yang positif agar dapat
membentuk karakter serta pribadi yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2010. Pengembangan Pendidikan dan Karakter
Bangsa. tersedia pada http://www.riaupos.co.id/spesial.php?act=full&id=56&kat=2. Di akses
tanggal, 26 September 2011.
Endraswara,
Suwardi. 2011. Metode pembelajaran drama.
yogyakarta : CAPS
Rahmanto,
B dan S. Endah Peni Adji. 2011. Drama.
Jakarta : universitas terbuka
Sadikin,
Mustofa. 2010. Kumpulan sastra Indonesia.
Jakarta: gudang ilmu
Tarigan,
Henry Guntur.2011. prinsip-prinsip dasar
sastara. Bandung: Agkasa
Ws,
Hasanudin.1996. Drama karya dalam dua
dimensi. Bandung : Angkasa
www.meylanasari.blogspot.com http://meylanasari.blogspot.co.id/2017/01/drama-sebagai-pembentuk-karakter-siswa.html
EmoticonEmoticon